WELCOME TO MY BLOG


web widgets

Senin, 08 Februari 2016

TEORI HUMANISTIK



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadibelajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada peserta didik.
 Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada peserta didik. Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
Secara luas, teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. Ranah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3) Teori Belajar Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik.
Salah satu teori belajar yaitu humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
Deskripsi di atas menunjukkan betapa pentingnya mendeskripsikan dan mengkaji teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran di tengah kegagalan pendidikan di Indonesia yang lebih mementingkan dan hanya menjadikan aspek kognitif sebagai acuan terbesar dalam mengukur kualitas pendidikan di Indonesia.
B.       Rumusan Masalah
1.      Pengertian teori Humanistik
2.      Teori humanistik menurut para ahli
3.      Kekurangan dan kelebihan teori humanistik dalam pembelajaran
4.      Implikasi teori belajar humanistik
5.      Pandangan dan kritik humanisme

C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian teori humanistik
2.      Untuk mengetahui teori humanistik menurut para ahli
3.      Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teori humanistik dalam pembelajaran
4.      Untuk mengetahui implikasi teori belajar humanisti
5.      Untuk mengetahui pandangan dan kritik humanisme






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Teori Humanistik
Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
            Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah:
1.      Proses pemerolehan informasi baru,
2.      Personalia informasi ini pada individu.
B.       Teori Belajar Humanistik Menurut Para Ahli
1.      Kolb
Kolb membagi tahap belajar menjadi empat tahap yaitu:
a.       Tahap pengamatan konkret
b.      Pengalaman aktif dan reflektif
c.       Konseptualisasi
d.      Eksperimentasi aktif

2.      Honey dan Mumfod
Honey dan Mumfod membuat penggolongan siswa menjadi empat macam yaitu:
a.       Tipe siswa aktif
b.      Tipe siswa reflektor
c.       Tipe teoristis
d.      Tipe siswa pragmatis

3.      Habermas
Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian yaitu:
a.       Belajar teknis
b.      Belajar praktis
c.       Belajar emansipatoris

4.      Bloom dan Krathowhl
Menunjukkan apa yang dikuasai oleh siswa yaitu:
a.       Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkat yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.      Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan yaitu peniruan, penggunaan, ketetapan, perangkaian, naturalisasi.
c.       Afektif
Afektif terdidri dari lima tingkatan yaitu pengenalan, merespon, penghargaan, pengorganisasian, dan pengalaman.

5.      Arthur Combs (1912-1999)
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Yang terpenting ialah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

6.      Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal yaitu:
a.       Suatu usaha positif untuk berkembang
b.      Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.

7.      Carl Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Ilinois Chicago sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Roger menekuni bidang agama, tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis universitas Colombia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931.
Roger membedakan dua tipe belajar yaitu
a.       Kognitif
b.      eksperintial
Roger mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang. Ada tiga konstruksi yang menjadi dasar penting dalam teorinya yaitu:
a.       organisme
b.      medan fenomena
c.       diri
Roger merumusakan dinamika kepribadiann sebagai berikut:
a.       penerimaan positif
b.      konsistensi dan kesesuaian diri
c.       aktualisasi diri

8.      David Mils dan Stanley Scher
David Mils dan Stanley Scher mengajukan konsep pendidikan terpadu, yakni proses pendidikan yang mengikutsertakan afeksi atau perasaan murid dalam belajar. Pendekatan terpadu merupakan sintesis dari psikologi humanistik, terapi Gestalt, dan pendidikan, yang melibatkan integrasi elemen-elemen afektif dan kognitif dalam proses belajar.
Tujuan umun pendekatan ini adalah mengembangkan kesadaran murid-murid terhadap dirinya dan dunia sekitarnya, serta meningkatkan kemampuan untuk menggunakan kesadaran ini dalam menghadapi lingkungan dengan berbagai cara, menerima petunjuk-petunjuk internal, dan menerima tanggung jawab bagi setiap pilihan mereka.

9.      Aldous Huxley
Huxley menekankan adanya pendidikan non-verbal yang juga harus diajankan kepada siswa. Pendidikan non-verbal bukan berwujud pelajaran senam, sepak bola, bernyanyi, ataupun menari, melainakan hal-hal yang bersifat di luar materi pemelajaran, dengan tujuan menumbuhkan kesadaran seseorang. Akhirnya, apabila seseorang memiliki kemampuan ini akan menjadi sumbangan yang berarti bagi kebudayaan dan moral kemanusiaan. Dan dengan cara ini, seseorang akan mendapatkan kehidupan yang nikmat dan penuh arti.


C.    Kekurangan dan Kelebihan Teori Humanistik
1.      Kelebihan:
a.       Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial.
b.      Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar, dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku, serta sikap atas kemauan sendiri.
c.       Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terkait oleh pendapat, orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
2.      Kekurangan:
a.       Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.

D.    Aplikasi Teori Humanistik dalam pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang ditetapkan. Peran guru dalam mempelajari humanistik adalah menajadi fasilitator bagi para siswa, sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar, dalam kehidupan siswa, guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Ketika siswa memahami potensi diri, diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi diri secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar, dan terjadi perubahan pola fikir, perilaku, serta sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terkait oleh pendapat orang lain, dan mengatur pribadinya sendiri secara bartanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar norma, disiplin, atau etika yang berlaku.

E.     Implikasi Belajar Humanistik
1.      Guru sebagai fasilitator
2.      Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya.
3.      Guru mecoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan kepada siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka
4.      Guru menempatkan dirinya sebagai suatu fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok
5.      Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan, serta mencoba untuk menanggapi dengan cara yang baik
6.      Bila cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator bernangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu
7.      Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaanya dan juga fiikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksa, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
8.      Guru harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang mendalam dan kuat selama belajar
9.      Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasan dirinya.





F.     Pandangan dan Kritik Humanisme
1.      Pandangan humanisme
a.       Behaviorisme bersifat mekanisme mementingkan masa lalu, berbeda dengan aliran humanistik. Menurut aliran humanistik, idividu cenderung memiliki keinginan untuk berkembang dan percaya pada kodrat biologis dan cirri-ciri lingkungan tidak menekankan pada tingkah laku yang tampak dan menggunakan metode objektif seperti aliran behaviorisme
b.      Psikoanalisis adalah aliran humanistik yang tidak menyatujui sifat pesimisme. Dalam aliran humanistik individu memiliki sifat optimistik, dan apabila psikoanalisis Freud menekankan pada masa lalu, dalam bahaviorisme percaya kodrat individu

2.      Kritik terhadap humanistik
a.       Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
b.      Teori humanistik, sepertli halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan mudah
c.       Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif
d.      Psikologi humanistik mengalami pembiasaan terhadap nilai individualistis
e.       Teori humanistik ini dikritik karena sukar digunakan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan
f.       Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran yaitu guru lebih mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.







 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Dari deskripsi yang dikemukakan pada pembahasan, dapat dikemukakan beberapa poin penting sebagai kesimpulan, yaitu:
1.  Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya
2.   Tokoh dalam teori ini adalah Maslow
3.  Aplikasi dalam teori ini, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya sebagai fasilitator.
4. Teori belajar humanistik merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.

B.     Saran
Guru
Guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai fasilitator, Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaanya dan juga fiikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksa, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.





DAFTAR RUJUKAN


Avisha, Abi. 2013. Teori Belajar Humanistik dan Implikasinya dalam Pembelajaran,(Online), (http://abiavisha.blogspot.com/2013/12/teori-belajar-humanistik-dan.html), diakses 20 Februari 2015.
Thobroni, Muhammad & Mustofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. AR-RUZZ MEDIA: Jogjakarta.
Teori Belajar Humanistik, (Online), (http://www.searchingresult.com/?pid=9POLWR59T&dn=free-blog-content.com&rpid=9POO358K6), diakses 20 Februari 2015.







DAFTAR RUJUKAN


Avisha, Abi. 2013. Teori Belajar Humanistik dan Implikasinya dalam Pembelajaran,(Online), (http://abiavisha.blogspot.com/2013/12/teori-belajar-humanistik-dan.html), diakses 20 Februari 2015.
Thobroni, Muhammad & Mustofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. AR-RUZZ MEDIA: Jogjakarta.
Teori Belajar Humanistik, (Online), (http://www.searchingresult.com/?pid=9POLWR59T&dn=free-blog-content.com&rpid=9POO358K6), diakses 20 Februari 2015.


DAFTAR RUJUKAN


Avisha, Abi. 2013. Teori Belajar Humanistik dan Implikasinya dalam Pembelajaran,(Online), (http://abiavisha.blogspot.com/2013/12/teori-belajar-humanistik-dan.html), diakses 20 Februari 2015.
Thobroni, Muhammad & Mustofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. AR-RUZZ MEDIA: Jogjakarta.
Teori Belajar Humanistik, (Online), (http://www.searchingresult.com/?pid=9POLWR59T&dn=free-blog-content.com&rpid=9POO358K6), diakses 20 Februari 2015.


1 komentar:

  1. TERIMA KASIH KAK ILMUNYA

    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Firman_effendy.wordpress.com

    BalasHapus