WELCOME TO MY BLOG


web widgets

Senin, 25 Januari 2016

Dunia yang bermakna hanya terjadi jika tujuan hidul bukan tentang diri sendiri,
Habibie salah satu contoh teladan menyiapkan Indonesia untuk masa depan, MDunia yang bermakna hanya terjadi jika tujuan hidul bukan tentang diri sendiri, Habibie salah satu contoh teladan menyiapkan Indonesia untuk masa depan, Merintis jalan berisi separuh mimpi Indonesia yabg berdikari dalam teknologi,  Anak muda lekaslah menyiapkan diri menyongsong hidup sebagai karya bukan perlombaan ego diri, kita perlu belajaf dari Habibie dihargai di negeri jauh namun memilih membangun negerinya sendiri, bukan kepintaran dan penampilan yang mendefinisikan kita melainkan perbedaan yang kita buat untuk hidup sesama, sepenggal sejarah kepemimpinan Habibie selalu punya makna untuk setiap generasi, mencintai Indonesia apa adanya berkiprah dengan segala yang kita bisa, (Mata Najwa)erintis jalan berisi separuh mimpi Indonesia yabg berdikari dalam teknologi,  Anak muda lekaslah menyiapkan diri menyongsong hidup sebagai karya bukan perlombaan ego diri, kita perlu belajaf dari Habibie dihargai di negeri jauh namun memilih membangun negerinya sendiri, bukan kepintaran dan penampilan yang mendefinisikan kita melainkan perbedaan yang kita buat untuk hidup sesama, sepenggal sejarah kepemimpinan Habibie selalu punya makna untuk setiap generasi, mencintai Indonesia apa adanya berkiprah dengan segala yang kita bisa, (Mata Najwa)

Senin, 18 Januari 2016

10 Kelebihan Orang yang Selalu Melaksanakan Shalat

Assalamu'alaikum,
Mari sejenak meluangkan waktu untuk membaca ini,

10 Kelebihan Orang yang Selalu Melaksanakan Shalat

1. Diberi nur pada wajahnya
2. Dikaruniai Allah SWT. akal yang cerdas dan otak yang pintar
3. Hati bercahaya dan tenang jiwa
4. Sejahtera keluarga
5. Di padang masyhar tidak kepanasan malah sebaliknya
6. Doanya sering dikabulkan
7. Diberatkan timbangan amal dan menerima buku catatan amal melalui tangan kanan di akhirat kelak (baik)
8. Dipermudahkan jalan menuju ke surga Allah
9. Melintasi jembatan sirotol mustakim dipermudah (Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani)
10. Mendapatkan rahmat.

Subhanallah, semoga kita menjadi salah satunya.
Semoga bermanfaat 😁

Senin, 11 Januari 2016

Hati Merdeka

Oleh: Antika
(Terinspirasi dari kisah nyata)

Geramlah jiwa-jiwa yang terjajah,
Geramlah sang sukma yang merintih,
Terenyuh hati karena naungan kejih,
Tersayat hati membuat jiwa sedih,

Koloni hati telah berkuasa,
Bersemayam di dalam jiwa,
Apa daya hati kecuali menadah tangan pada Sang Kuasa,

Jiwa tak dapat berteriak merdeka,
Kiranya telah menjadi tawanan,
Terselimutilah jiwa dengan duka lara,
Dengan penuh fatamorgana kebahagiaan,

Kusatukan panglima-panglima hati,
Kubekali dengan belati,
Enyahlah koloni-koloni hati,
Kan kuserukan HATI MERDEKA !!!


Senin, 04 Januari 2016

Mereka Tidak Tahu !!!

Mendaki gunung bukan berarti menaklukan alam, tapi lebih utama adalah menaklukan diri sendiri dari keegoisan pribadi. Mendaki gunung adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama.
Dan menjadi salah satu dari mereka bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi pandangan masyarakat yang berpikiran negative terhadap dampak dari kegiatan ini. Apalagi mereka sudah menyinggung soal kematian yang memang tampaknya lebih dekat pada orang – orang yang terjun di alam bebas ini. “Mati muda yang sia – sia.” Begitu komentar mereka saat mendengar atau membaca anak muda yang tewas di gunung. Padahal soal hidup dan mati, di gunung hanyalah satu dari sekian alternative dari suratan takdir. Tidak di gunung pun, kalau mau mati ya matilah…!!! Kalau selamanya kita harus takut pada kematian, mungkin kita tidak akan mengenal Columbus penemu Benua Amerika.
Di gunung, di ketinggian kaki berpijak, di sanalah tempat yang paling damai dan abadi. Dekat dengan Tuhan dan keyakinan diri yang kuat. Saat kaki menginjak ketinggian, tanpa sadar kita hanya bisa berucap bahwa alam memang telah menjawab kebesaran Tuhan. Di sanalah pembuktian diri dari suatu pribadi yang egois dan manja, menjadi seorang yang mandiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Rasa takut, cemas, gusar, gundah, dan homesick memang ada, tapi itu dihadapkan pada kokohnya sebuah gunung yang tak mengenal apa itu rasa yang menghinggapi seorang anak manusia. Gunung itu memang curam, tapi ia lembut. Gunung itu memang terjal, tapi ia ramah dengan membiarkan tubuhnya diinjak – injak. Ada banyak luka di tangan, ada kelelahan di kaki, ada rasa haus yang menggayut di kerongkongan, ada tanjakan yang seperti tak ada habis – habisnya. Namun semuanya itu menjadi tak sepadan dan tak ada artinya sama sekali saat kaki menginjak ketinggian. Puncak gunung menjadi puncak dari segala puncak. Puncak rasa cemas, puncak kelelahan, dan puncak rasa haus, tapi kemudian semua rasa itu lenyap bersama tirisnya angin pegunungan.
Lukisan kehidupan pagi Sang Maha Pencipta di puncak gunung tidak bisa diucapkan oleh kata – kata. Semuanya cuma tertoreh dalam jiwa, dalam hati. Usai menikmati sebuah perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri sekaligus menumbuhkan percaya diri, rasanya sedikit mengangkat dagu masih sah – sah saja. Hanya